Ada empat faktor yang berperan dalam dinamika transmisi penyakit menular. yaitu sumber penyakit,vektor, barrier (penghalang) antara vektor dengan populasi yang berisiko serta kekebalan manusia. Identifikasi, intervensi dan pengelolaan terhadap keempat faktor plus faktor kelima, yaitu perawatan penderita penyakit menjadi satu kesatuan simpul manajemen bisa meningkatkan upaya pemberantasan penyakit menular. Hal ini menjadi tantangan bagi para pengelola program kesehatan di daerah (kabupaten/kota) di era desentralisasi. SUMBER penyakit atau penderita penyakit perlu segera ditemukan dan diobati sampai sembuh. Jika ini dilakukan, keberadaan vektor tidak akan berarti, karena tak ada sumber dari virus, bakteri ataupun parasit yang bisa ditularkan.
Namun, hal ini tidak mudah, mengingat mobilitas penduduk sangat tinggi ditunjang perkembangan sarana perhubungan dan transportasi. Perpindahan penduduk dari satu tempat ke tempat lain, khususnya dari daerah rawan penyakit menular ke daerah lain, menyebabkan daerah yang telah bebas dari penyakit terkena kembali.(Direktur Jenderal (P2M&PL Depkes) Prof Dr dr Umar Fahmi Achmadi MPH)
Telah menjadi sesuatu yang lazim ketika kita berbicara tentang penyakit yang ditularkan dalam rumah,namun sampai saat ini masalah tersebut tak kujung selesai dan semakin sangat membahayakan dan mengganggu system kehidupan bukan saja kesehatan tetapi merambah keseluruh aspek kehidupan akibat dari terganggunya system kesehatan.Rumah merupakan tempat tinggal/peristirahatan permanen dan tempat berlangsungnya beragam aktifitas masing-masing keluarga,tempat awal mula orang bertumbuh dan berkembang, mengenal organisasi,belajar bersosialisasi dan dasar pembentukaan pola pikir dan pola tingkahlaku dalam berinteraksi dengan orang lain.
Maju mundurnya suatu tatanan kehidupan local maupun nasional sangat tergantung dari kualitas kehidupan masing-masing keluarga dalam hal ini kenyamanan (kebersihan/sterilisasi) tempat tinggalnya sangat mempengaruhi.Ketika situasi dalam rumah itu tidak Hhygiene/tidak steril atau telah Terkontaminasi sehingga apabila terjadi Kontak – maka sangat berpeluang untuk terinfeksi
Penyakit Menular adalah Penyakit yang disebabkan oleh bibit penyakit tertentu atau oleh produk toxin yang didapatkan melalui penularan bibit penyakit atau toxin yang diproduksi oleh bibit penyakit tersebut dari orang yang terinfeksi, dari binatang atau dari reservoir kepada orang yang rentan; baik secara langsung maupun tidak langsung melalui tumbuh-tumbuhan atau binatang pejamu, melalui vector atau melalui lingkungan.
Penyakit yang ditularan dalam rumah adalah penyakit yang timbul akibat pola kehidupan,minimnya hygiene perorangan dan atau lingkungan dalam/sekitar rumah.
Agen Infeksius – Adalah organisme (virus, rickettsia, bacteria, fungus, protozoa, cacing) yang bisa menimbulkan infeksi atau penyakit infeksi. Infektivitas menunjukkan kemampuan dari agen infeksius untuk masuk, hidup dan berkembang biak di dalam tubuh pejamu; Tingkat infeksius adalah tingkat kemudahan dari bibit penyakit tertentu ditularkan dari satu pejamu ke pajamu lain
Kontak – Orang atau binatang sedemikian rupa mempunyai hubungan dengan orang atau binatang yang sakit atau dengan lingkungan yang tercemar yang menyebabkan mereka kemungkinan besar terkena infeksi
Kontaminasi – Ditemukannya bibit penyakit dipermukaan tubuh, pakaian, tempat tidur, mainan anak-anak, instrumen, duk atau pada benda-benad lainnya termasuk air dan makanan. Polusi berbeda dengan kontaminasi, dimana polusi diartikan adanya bahan pencemar dalam jumlah yang berlebihan di dalam lingkungan dan tidak harus berupa agen insfeksius. Kontaminasi permukaan tubuh manusia tidak berati orang tersebut berperan sebagai “carrier”.
Infeksi yang tidak kelihatan (Inapparent Infection) – Adalah terjadinya infeksi pada pejamu tanpa disertai dengan gejala klinis yang jelas. Infeksi ini hanya bisa diketahui melalui pemeriksaan laboratorium seperti melalui pemeriksaan darah, skin test (Synonim; asymptomatik, subklinis, “occult infection”)
Orang yang terinfeksi – Seseorang atau binatang yang mengandung bibit penyakit baik dia menunjukkan gejala klinis maupun tidak (lihat pasien atau orang sakit), atau infeksi yang tidak kelihatan (lihat Carrier). Orang atau binatang yang infeksius adalah dari mana bibit penyakit secara alamiah bisa didapat.
Infeksi – masuk dan berkembang biaknya bibit penyakit atau parasit ke dalam tubuh manusia atau binatang. Infeksi tidak sama dengan penyakit infeksius; akibatnya mungkin tidak kelihatan (lihat infeksi yang tidak kelihatan) mungkin juga manifes (lihat penyakit infeksi). Ditemukannya bibit penyakit di permukaan tubuh, dipermukaan alat-alat, pada alat-alat yang tercemar tanah disebut sebagai kontaminasi (lihat infestrasi dan kontaminasi) bukan infeksi.
Menurut Direktur Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan (P2M&PL Depkes) Prof Dr dr Umar Fahmi Achmadi MPH yang juga guru besar ilmu kesehatan lingkungan dan kesehatan kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, ada empat faktor yang berperan dalam dinamika transmisi penyakit menular. Yaitu sumber penyakit, vektor, barrier (penghalang) antara vektor dengan populasi yang berisiko serta kekebalan manusia.
Identifikasi, intervensi dan pengelolaan terhadap keempat faktor plus faktor kelima, yaitu perawatan penderita penyakit menjadi satu kesatuan simpul manajemen bisa meningkatkan upaya pemberantasan penyakit menular. Hal ini menjadi tantangan bagi para pengelola program kesehatan di daerah (kabupaten/kota) di era desentralisasi.
SUMBER penyakit atau penderita penyakit perlu segera ditemukan dan diobati sampai sembuh. Jika ini dilakukan, keberadaan vektor tidak akan berarti, karena tak ada sumber dari virus, bakteri ataupun parasit yang bisa ditularkan.
Namun, hal ini tidak mudah, mengingat mobilitas penduduk sangat tinggi ditunjang perkembangan sarana perhubungan dan transportasi. Perpindahan penduduk dari satu tempat ke tempat lain, khususnya dari daerah rawan penyakit menular ke daerah lain, menyebabkan daerah yang telah bebas dari penyakit terkena kembali.
B.Jenis Penularan
Penularan Penyakit Infeksi adalah Mekanisme dimana penyakit infeksi ditularkan dari suatu sumber atau reservoir kepada seseorang. Mekanisme tersebut adalah sebagai berikut :
1. Penularan Langsung; mekanisme ini menularkan bibit penyakit langsung dari sumbernya kepada orang atau binatang lain melalui “Port d’entre”. Hal ini bisa melalui kontak langsung seperti melalui sentuhan, gigitan, ciuman, hubungan seksual, percikan yang mengenai conjunctiva, selaput lendir dari mata, hidung atau mulut pada waktu orang lain bersin, batuk, meludah, bernyanyi atau bercakap (biasanya pada jarak yang kurang dari 1 meter)
2. Penularan Tidak Langsung
a. Penularan Melalui Alat – Alat yang terkontaminasi seperti mainan anak-anak, saputangan, kain kotor, tempat tidur, alat masak atau alat makan, instrumen bedah atau duk; air, makanan, susu, produk biologis seperti darah, serum, plasma, jaringan organ tubuh, atau segala sesuatu yang berperan sebagai perantara dimana bibit penyakit di “angkut” dibawa kepada orang/binatang yang rentan dan masuk melalui “Port d’entre” yang sesuai.
Bibit penyakit tersebut bisa saja berkembang biak atau tidak pada alat tersebut sebelum ditularkan kepada orang/binatang yang rentan.
b. Penularan Melalui Vektor – (i) Mekanis : Cara mekanis ini meliputi hal-hal yang sederhana seperti terbawanya bibit penyakit pada saat serangga merayap ditanah baik terbawa pada kakinya atau pada belalainya, begitu pula bibit penyakit terbawa dalam saluran pencernaan serangga.
Bibit penyakit tidak mengalami perkembangbiakan. (ii) Biologis : cara ini meliputi terjadinya perkembangbiakan (propagasi/multiplikasi), maupun melalui siklus perkembangbiakan atau kombinasi kedua-duanya.
(“cyclopropagative”) sebelum bibit penyakit ditularkan oleh serangga kepada orang/binatang lain.
Masa inkubsi ekstrinsik diperlukansebelum serangga menjadi infektif. Bibit penyakit bisa ditularkan secara vertical dari induk serangga kepada anaknya melalui telur (“transovarium transmission”); atau melalui transmis transtadial yaitu Pasasi dari satu stadium ke stadium berikutnya dari siklus hidup parasit didalam tubuh serangga dari bentuk nimfe ke serangga dewasa.
Penularan dapat juga terjadi pada saat serangga menyuntikkan air liurnya waktu menggigit atau dengan cara regurgitasi atau dengan cara deposisi kotoran serangga pada kulit sehingga bibit penyakit dapat masuk kedalam tubuh manusia melalui luka gigitan serangga, luka garukan. Cara penularan seperti ini bukanlah cara penularan mekanis yang sederhana sehingga serangga yang menularkan penyakit dengan cara ini masih bisa disebut sebagai vektor penyakit.
3. Penularan Melalui Udara – Penyebaran bibit penyakit melalui “Port d’entre” yang sesuai, biasanya saluran pernafasan. Aerosol berupa berupa partikel ini sebagian atau keseluruhannya mengandung mikro organisme. Partikel ini bisa tetap melayang-layang diudara dalam waktu yang lama sebagian tetap infektif dan sebagian lagi ada yang kehilangan virulensinya.
Partikel yang berukuran 1 – 5 micron dengan mudah masuk kedalam alveoli dan tertahan disana.
Percikan (droplet) dan partikel besar lainnya tidak dianggap sebagai penularan melalu udara (airborne); (lihat Penularan Langsung)
a. “Droplet Nuclei” – Biasanya berupa residu ukuran kecil sebagai hasil penguapan dari cairan percikan yang dikeluarkan oleh inang yang terinfeksi.
“Droplet Nuclei” ini bisa secara sengaja dibuat dengan semacam alat, atau secara tidak sengaja terjadi di labortorium mikrobiologi dan tempat pemotongan hewan, di tempat perawatan tanaman atau di kamr otopsi.
Biasanya “Droplet Nuclei” ini bertahan cukup lama di udara.
b. Debu – Partikel dengan ukuran yang berbeda yang muncul dari tanah (misalnya spora jamur yang dipisahkan dari tanah oleh udara atau secara mekanisme), dari pakaian, dari tempat tidur atau kutu yang tercemar
C.Jenis Penyakit Yang Ditularkan Dalam Rumah
1. Influenza
Penularan Langsung ;melalui, percikan yang mengenai conjunctiva, selaput lendir , hidung atau mulut pada waktu orang lain bersin, batuk, meludah, bernyanyi atau bercakap (biasanya pada jarak yang kurang dari 1 meter)
2. Diare
Jenis Penularan : Penularan tidak langsung;Melalui Alat – Alat yang terkontaminasi seperti mainan anak-anak,saputangan,alat makan,makanan,minuman.
3. Malaria
Penularan Langsung; melalui, gigitan, hubungan seksual, percikan yang mengenai conjunctiva, selaput lendir dari mata, hidung atau mulut pada waktu orang lain bersin, batuk, bernyanyi(biasanya pada jarak yang kurang dari 1 meter)
4. TBC
Penularan Langsung; melalui, ciuman, hubungan seksual, percikan yang mengenai conjunctiva, batuk, atau bercakap (biasanya pada jarak yang kurang dari 1 meter)
5. DBD(Demam Berdara Dengue)
Penularan Langsung; melalui gigitan, percikan yang mengenai conjunctiva
6. Thypus
Penularan Tidak langsung melalui,sentuhan mulut,makanan,minuman,serum, plasma,atau segala sesuatu yang berperan sebagai perantara dimana bibit penyakit di “angkut”
D.Faktor Penyebab
1. Pola kehidupan yang tidak sehat oleh karena factor budaya/kebiasaan yang berlaku
2. Kurangnya/minimnya kebersihan tempat tinggal (Rumah), yang memungkinkan tumbuh dan berembangbiaknya beberapa agen penyakit.
Ø Tidak tersedianya tempat sampah dalam rumah dan tempat pembuangan sampah di luar rumah,sehingga sampah berserahkan.
Ø Tidak tersedianya tepat pembuangan Tinja dan kalaupun ada masi terdapat kenyataan yang tidak memenuhi standar kesehatan
3. Kurangnya Pengetahuan atau pendidikan kesehatan perorangan/keluarga mengenai PHBS
4. Ekonomi(pendapatan keluarga yang kurant/tidak mencukupi kebutuhan keluarga)
5. Infeksi terselubung(adalah keadaan suatu penyakit yang tidak menampakan diri secara jelas dalam bentuk gejalah klinis yang jelas,sehingga sangat sulit mendapatkan perkiraan yang tepat tentang besarnya dan luasnya kejadian infeksi terselubung)
E.Upaya Pencegahan
1. Melakukan beberapa metode pendekatan pendidikan kesehatan oleh tenaga/petugas kesehatan yang berkompeten terkait dengan Hygiene Perorangan dan kelompok(PHBS) secara terencana ,dan sistematis yang berorientasi pada kemandirian masyarakat.dalam hal ini.karena berbicara masalah Rumah, maka menurut Soekidjo Notoadmodjo dapat digolongkan
a. kelompok kecil (kurang dari 15 orang), menggunakan pendekatannya penyuluhan persuasive,konseling.
b. Kelompok besar (lebih dari 15 orang), menggunakan pendekatan pelatihan, ceramah kesehatan
2. Melakukan upaya penaggulangan ,yaitu
a. Isolasi penderita
b. Membebashamakan barang atau alat
c. Tindakan karantina terhadap mereka yang tertapar dan dicurigai sedang dalam masa tunas penyakit
3. Pencegahan sejumlah penyakit menular juga bisa dilakukan dengan meningkatkan kekebalan tubuh manusia, yaitu melakukan imunisasi. Karenanya, cakupan imunisasi perlu ditingkatkan dan dijaga tetap tinggi. Hal ini membantu penduduk untuk tetap sehat dan produktif.
0 komentar:
Post a Comment
* Berkomentarlah yang Sopan sesuai dengan Judul isi Postingan.
* Komentar secepatnya direspon jika admin tidak sibuk. Terima Kasih